Menerima Sabda Tuhan di Ladang yang Subur
Paus Fransiskus merenungkan bacaan Injil minggu lalu yang menggambarkan perumpamaan penabur sebagai “ibu” semua perumpamaan. Paus Fransiskus menjelaskan bahwa firman Allah, yang dilambangkan dengan biji-bijian, “bukanlah firman yang abstrak, tetapi adalah Kristus sendiri, Firman Bapa yang menjadi daging di dalam rahim maria.. karena itu, memeluk Firman Tuhan berarti juga merangkul pribadi Kristus”.
Paus Fransiskus mencatat bahwa ada banyak cara untuk menerima Firman Tuhan. “ Kita mungkin melakukannya” katanya, “seperti jalan setapak, di mana burung segera datang dan memakan bijinya” menurut Paus Fransiskus hal ini bisa menjadi berbahaya di zaman sekarang. Mengapa demikian? Zaman sekarang banyak diliputi ideologi dan kesibukan sehingga tidak ada waktu sama sekali untuk berefleksi, berdoa, hingga berisiko kehilangan iman yang kita miliki.
Selian itu, ada cara lain yang di gunakan untuk menerima firman Tuhan yakni menerima tetapi cepat layu. Mereka menerima sabda Tuhan tetapi tidak mendalami, merenungkan, dan merefleksikannya. Alhasil, Sabda Tuhan yang ia terima akan menjadi layu. Ada pula yang paling ekstrem yakni menerima Sabda Tuhan di tanah tempat semak-semak berduri tumbuh. Duri-duri itu digambarkan sebagai tipu daya kekayaan, kesuksesan, keprihatinan duniawi. Sabda Tuhan tidak akan bisa tumbuh di situ.
Paus Fransiskus menggambarkan bagaimana menerima Sabda Tuhan yang baik. Sabda Tuhan dapat di terima di tanah yang subur. Artinya apa? Artinya adalah, sebagai seorang kristiani, kita di panggil untuk menjadi tanah yang subur sehingga benih-benih Sabda Tuhan tumbuh dan berkembang dengan pesatnya.
Baca lebih lanjut : https://www.vaticannews.va/en/pope/news/2020-07/pope-at-angelus-embracing-the-word-of-god-means-embracing-chris.html